Wednesday, 29 June 2016

Proses Masuk dan Berkembangnya Islam Di Indonesia

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA.JPG
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam kepada para penduduk


Proses Masuknya Islam ke Nusantara

1.Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi Sebagian ahli sejarah menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7. Dalam pendapat itu disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali menerima pengaruh Islam adalah daerah pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra Pasai, melalu jalur perdagangan agama Islam menyebar ke Malaka dan selanjutnya ke Pulau Jawa. Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.
2. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.
3. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292), batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia. Sejarah Penyebaran Islam di Indonesia Pada masa kedatangan agama Islam, penyebaran agama Islam dilakukan oleh para pedagang Arab dibantu oleh para pedagang Persia dan India. Abad ke 7 Masehi merupakan awal kedatangan agama Islam. Pada masa ini, baru sebagian kecil penduduk yang bersedia menganutnya karena masih berada dalam kekuasaan raja-raja Hindu-Budha. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dan proses penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke 13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjung terutama di daerah pusat perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para Mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan masyarakat terutama di daerah pantai. Pada akhir abad ke 12 Masehi, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot. Seiring dengan kemunduran pengaruh Sriwijaya, para pedagang Islam beserta para mubalighnya kian giat melakukan peran politik. Misalnya, saaat mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya. Menjelang berakhirnya abad ke 13 sekitar tahun 1285 berdiri kerajaan bercorak Islam yang bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama Kesultanan Malaka. Pada awal abad ke 15, kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan, bahkan pada tahun 1478 mengalami keruntuhan. Banyak daerah yang berusaha melepaskan diri dari kerajaan Majapahit. Pada tahun 1500, Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Berkembangnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam ini kemudian disusul berdirinya Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon. Di luar Jawa juga banyak berkembang kerajaan yang bercorak Islam seperti Kesultanan Ternate, Kesultanan Gowa, dan kesultanan Banjar. Melalui kerajaan-kerajaan bercorak Islam itulah, agama Islam makin berkembang pesat dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Agama Islam tidak hanya dianut oleh penduduk di daerah pantai saja, tetapi sudah menyebar ke daerah-daerah pedalaman.

Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah di Indonesia

Peta perkembangan Islam di Indonesia

1. Perkembangan Islam di Sumatera

Perkembangan Islam di wilayah Indonesia di awali dengan dimasukinya pemahaman ajaran islam daerah Pasai di Aceh Utara dan pantai barat Sumatera, di kedua wilayah tersebut masing-masing berdiri Kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Islam Perak dan Samudera Pasai.

2. Perkembangan Islam di Jawa

Menurut Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya yaitu Sejarah Umat Islam, cikal kedatangan Islam ke pulau Jawa sebenarnya sudah dimulai pada tahun ke tujuh masehi atau abad pertama Hijriyah yaitu pada tahun 674 M – 675 M. Salah satu sahabat nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan yang pernah singgah di Kerajaan Kalingga di Jawa. Waktu itu dia menyamar sebagai pedagang. Mungkin pada waktu itu Muawiyah baru penjajakan saja, namun proses dakwahnya tetap berlangsung dan diteruskan oleh para da’i yang berasal dari Kerajaan Pasai dan Malaka. Karena pada waktu itu jalur perhungan antara Pasai dengan Jawa begitu pesat.

3. Perkembangan Islam di Kalimantan

Borneo adalah sebutan nama lain Kalimantan. Pada waktu itu Islam masuk ke sana melalui tiga jalur. Jalur yang pertama adalah melalui Kerajaan Islam Pasai dan Perlak. Jalur kedua Islam disebarkan oleh para da’i dari tanah jawa. Mereka melakukan ekspedisi ke pulau Kalimantan sejak Kerajaan Demak berdiri. Pada waktu itu, Kerajaan Demak mengirimkan banyak sekali da’i ke luar pulau Jawa, salah satunya ke pulau Kalimantan. Jalur ketiga melalu kedatangan para da’i yang berasal dari tanah Sulawesi. Salah satu da’i yang terkenal pada waktu itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.

4. Perkembangan Islam di Maluku

Kepulauan Maluku terkenal sebagai penghasil rempah-rempah. Tak ayal hal ini menjadi daya tarik sendiri para pedagang asing, salah satunya pedagang mulim dari Jawa, Malaka, Sumatera dan Manca Negara. Dengan kedatangan para pedagang muslim ini, menyebabkan perkembangan Islam di Kepulauan Maluku ini menyebar dengan cepat. tepatnya sekitar pertengahan abad ke 15 atau tahun 1440 Islam mulai masuk ke Maluku.
Pada tahun 1460 M, raja Ternate yaitu Vongi Tidore masuk Islam. Namun menurut sejarawan Belanda yaitu h.J De Graaft, raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal Abidin. Setelah raja Ternate masuk Islam, hal ini semakin mempercepat perkembangan Islam di Maluku dan mempengaruhi kerajaan-kerajaan lain di Maluku yang mulai menerima paham ajaran Islam. Namun dari sekian kerajaan Islam yang ada di Maluku, yang paling terkenal adalah Kerajaan Ternate dan Tidore.
Setelah Islam masuk dan berkembang cepat di Maluku, Islam juga mulai masuk ke Irian. Para raja-raja Islam dari Maluku, da’i dan pedagang yang menyiarkan ajaran Islam ke Irian. Wilayah-wilayah di Irian Jaya yang dimasuki Islam yaitu: Jalawati, Musi, Pulau Gebi dan Pulau Waigio.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Ada beberapa teori masuknya islam ke Indonesia. Berikut teori-teorinya.

1. Teori Mekah

Dalam teori ini, dikatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Arab atau Mekah yang berlangsung pada abad pertama tahun hijriyah atau ke 7 M. Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka) adalah tokoh yang memperknalkan teori ini. Beliau merupakan ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Beliau melontarkan pendapatnya ini pada tahun 1958 ketika menyampaikan orasi di Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Beliau menolak seluruh pendapat yang menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke Indonesia secara tidak langsung melalui Arab. Beliau bercerita bahan argumentasinya yang dijadikan bahan rujukannnya berasal dari sumber Arab dan sumber lokal Indonesia. Menurutnya, motivasi awal kedatangan bangsa Arab dilandasi oleh motivasi semangat menyebarkan agama Islam, bukan dilandasi faktor ekonomi. Menurut pandangannya pula, jalur perdagangan antara Arab dengan Indonesia suda ada dan brlangsung jauh sebelum tarik masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan penolakan terhadap Teori Gujarat yang dia anggap banyak kelemahannya. Dia malah curiga terhadap penulis teori Gujarat yang berasal dari barat, mereka cenderung memojokkan Islam di Indonesia. HAMKA berpendapat, penulis barat melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan dan meniadakan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang akur dan erat antara mereka dengan bangsa Arab. Dalam pandangannya juga, HAMKA berpendapat sebenarnya orang-orang Islam di Indonesia memeluk islam berkat orang Arab, bukan hanya lewat perdagangan saja. Pandangan dan pendapat HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang dikeluarkan oleh A.H Johns yang menyatakan bahwa para pengembara lah (musafir) yang pertama kali melakukan penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Biasanya kaum sufi mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan perguruan tarekat.

2. Teori Gujarat

Teori Gujarat berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke 13 M atau abad ke 7 H dan berasal dari Gujarat. Tokoh yang memperkenalkan teori ini kebanyakan sarjana yang berasal dari belanda. Seorang Sarjana belanda yang pertama megeluarkan teori ini bernama J. Pijnapel dari Universitas Leiden. Dalam pandangannya, bangsa Arab yang bermazhab Syafie sudah tinggal di Gijarat dan Malabar sejak awal tahun Hijriyah. Akan tetapi, yang menyebarkan langsung Islam ke Indonesia untuk pertama kalinya itu bukanlah bangsa Arab, melainkan para pedangang Gujarat yang sudah memeluk Islam terlebih dahulu. Para pedagang islam itu berdagang ke arah timur, salah satunya Indonesia. Dalam perkembangannya, teori Gujarat ini diyakini dan disebarkan oleh seorang tokoh terkemuka Belanda, yaitu Snouck Hurgronje. Dalam pendapatnya, Islam lebih dahulu menyebar dan berkembang di kota-kota India. Selanjutnya, orang-orang Gujarat yang lebih dahulu membuka hubungan perdagangan dengan orang Indonesia dibanding pedagang Arab.
Kemudian teori Gujarat juga lebih dikembangkan oleh J.P. Moquetta pada tahun 1912. Dia memberikan alasan dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang meninggal pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau sekitar tahun 1297 M di Pasai, Aceh. Menurut dia, makam Maualan Malik Ibrahim yang meninggal pada tahun 1419 di Gresik dan batu nisam di pasai, semuanya mempunyai bentuk yang sama dengan nisan yang ada di Kambay, Gujarat. Akhirnya Moquetta berpendapat bahwa batu nisan itu adalah hasil impor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh asli orang gujarat yang berada di Indonesia, atau juga orang Indonesia yang sudah belajar kaligrafi khas Gujarat. Argumentasi lainnya yaitu kesamaan mahzab Syafie yang dipercayai oleh orang muslim di Indonesia dan Gujarat.

3. Teori Persia

Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari persia (Sekatang Iran). Seorang sejarawan asal Banten yang bernama Hosein Djajadiningrat adalah pencetus teori ini. Dalam paparannya, dia lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan tradisi dan budaya yang berkembang antara masyarakat Indonesia dan Persia. Budaya dan tradisi itu diantaranya tradisi merayakan tanggal 10 Muharram atau sering disebut hari Asyuro. Hari ini merupakan hari suci kaum syiah yang mayoritas berada di iran. Tradisi ini juga berkembang di daerah Pariaman, Sumatera Barat. Selanjutnya tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang mempunyai banyak kesamaan. Kesamaan lainnya adalah umat Islam di Indonesia banyak yang menganut mazhab Syafie, sama seperti kebanyakan muslim yang ada di Iran. Namun, teori ini oleh banyak orang masih dianggap lemah karena kurang bisa meyakinkan.

4. Teori Cina

Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam untuk pertama kalinya ke Indonesia (Khususnya Jawa) itu berasal dari perantau Cina. Melalui perdagangan, orang cina sudah berhubungan dengan penduduk Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. ketika masa Hindu – Budha, orang-orang cina ini sudah membaur dengan masyarakat Indonesia. Dalam bukunya Arus Cina-Islam Sumanto Al-Qurtuby mengatakan, menurut catatan masa Dinasti Tang pada tahun 618-960 M di daerah Quanzhou, Zhang-zhao, Kanton dan pesisir cina bagian selatan, di sana sudah terdapat sejumlah pemukimaan orang-orang Islam.
Bila dilihat dari beberapa catatan sumber dari dalam Indonesia maupun luar Indonesia, memang teori Cina ini bisa diterima. Dalam beberapa sumber lokal ditulis bahwa raja pertama Islam di jawa, yaitu Raden Patah dari Dmak, adalah seorang keturunan Cina. disebutkan Ibu sang raja berasal dari daerah Campa, yakni Cina bagian selatan (Kini Vietnam). Hal ini diperkuat oleh Hkayat Hasannudin dan Sejarah Banten, dimana nama dan gelar raja-raja demak itu ditulis dengan memakai istilah Cina, seperti “Jin bun”“Cek Ko po“, “Cu-cu’‘,“Cun Ch”, serta “Cek Ban Cun”. Bukti-bukti lainnya bisa dilihat dari masjid-masjid tua yang mengandung nilai arsitektur Tiongkok yang dibangun oleh bangsa Cina di berbagai wilayah di pulau Jawa.
Alasan Agama Islam Mudah Diterima Masyarakat
Indonesia Proses penyebaran Islam di Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung faktor-faktor berikut : Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika ia telah mengucapkan kalimah syahadat. Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah. Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama. Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa. Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf sehingga mudah dipahami. Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang ada. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan penyebaran Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas kerajaan Hindu-Budha.

No comments:

Post a Comment